Sejak
merdeka dari jajahan Belgia pada 30 Juni 1960, Kongo selalu ditimpa konflik
yang sangat kompleks dan menyisakan derita bagi negara itu sendiri. Berbagai
konflik kepentingan, perang antar suku, perebutan wilayah, pengeksploitasian
sumber daya alam dan ikut campurnya dunia luar terpampang jelas menghiasi
negeri itu.
Hal ini menyebabkan banyak daerah-daerah di Kongo yang memiliki
taraf hidup rendah dan sangat tidak layak. Ditambah lagi dengan banyaknya daerah yang masih rawan
dari ancaman ranjau dan bahan-bahan peledak
akibat konflik seperti yang terjadi di daerah Isiro
beberapa waktu yang lalu.
Sebuah benda yang diduga kuat ranjau
darat ditemukan oleh seorang prajurit dari kontingen Bangladesh saat
melaksanakan pembersihan Camp mereka. Kejadian ini spontan dilaporkan kepada
Markas Besar Brigade Ituri di Bunia. Atas laporan tersebut, pihak Brigade Ituri
memerintahkan Kontingen Garuda untuk mengatasi masalah tersebut. Sebagai Satuan Zeni, Kontingen Garuda di Kongo yang terbentuk
dalam Satgas Kizi TNI Konga XX-J memiliki kemampuan penjinak bahan peledak (Jihandak).
Selanjutnya, sesuai perintah
dari Brigade Ituri, Tim Jihandak Garuda terbang menuju wilayah Isiro yang
terletak 200 Km Barat Daya dari kota Dungu dimana Camp Garuda berada dengan
menggunakan helikopter MI-17 milik Bangladesh Air Force (Banair). Setibanya
disana, Tim Jihandak Garuda dibawah pimpinan Lettu Czi Wiranggana langsung
bergegas melaksanakan tugasnya mengamankan ranjau dalam radius + 25 m dengan
kawat berduri. Selanjutnya melaksanakan pembersihan (clearing) area ranjau, langkah
ini diambil untuk menjaga kemungkinan adanya temuan ranjau lainnya.
Tak lama berselang, ranjau tersebut
berhasil dilokalisir dan diamankan.
Dari hasil indetifikasi, diketahui bahwa ranjau tersebut merupakan ranjau
darat jenis AP-POMZ 2 buatan Yugoslavia. Hasil tugas Jihandak ini,
selanjutnya dilaporkan ke Brigade Ituri sebagai satuan atas dan menunggu
perintah untuk pelaksanaan pendisposalannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar